TUGAS
AKHIR
PENGEMBANGAN
BAKAT DAN KREATIVITAS
“Mengidntifikasi
Siswa Cerdas Kelas 3 SDN 01 Duman, Lingsar”
Oleh:
SAPARWADI
(E1E
212 215)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR REG SORE V/E
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
umumnya yang dimaksud dengan anak cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan
intelektual di atas rata-rata atau anak yang memperoleh nilai akademis yang
memuaskan. Menurut Tirtonegoro, Sutratinah (2011: 19) Kecerdasan adalah sebuah
istilah yang banyak dipergunakan oleh ahli psikologi dan orang awam untuk
menyatakan seseorang itu cerdas atau memiliki intelegensi tinggi apabila orang
tersebut dapat dengan cepat dan berhasil menyelesaikan soal atau tugas–tugas
dan problem yang dihadapinya.
Setiap
anak memiliki tingkat kecerdasan yang yang berbeda dibandingkan anak lain. Guru
sangat perlu mengetahui tingkat kecerdasan anak, dengan mengetahui tingkat
kecerdasan anak maka guru akan bisa mengetahui daya konsentrasi, ketelitian dan
ketahanan anak terhadap tekanan yang dialaminya. Mengetahui aspek-aspek perkembangan
anak, diantaranya adalah perkembangan mental anak sehingga guru akan bisa
menentukan dan memilih stimulasi yang pas untuk anak.
Namun
pada kenyataannya kebanyakan guru tidak mengetahui bahwa siswanya memiliki
kecerdasan yang tinggi sehingga tingkah laku siswa tersebut berbeda dengan
temanya, akibatnya guru menyatakan bahwa anak ini “bandel” ataupun “nakal”
Oleh
karena itu kami membuat laporan yang berjudul menentukan anak cerdas dengan
tujuan agar membantu guru lebih memahami siswanya, sehingga guru bisa melakukan
tindakan yang tepat untuk siswa.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud kecerdasan ?
2.
Bagaimana pandangan ahli tentang
kecerdasan (teori-teori kecerdasan) ?
3.
Apa sajakah aspek-aspek kecerdasan ?
4.
Apa sajakah jenis-jenis kecerdasan ?
5.
Bagaimana karakteristik anak cerdas ?
6.
Bagaimana perilaku anak cerdas ?
7.
Bagaimana menentukan anak cerdas ?
C. Tujuan
Penulisan Laporan
1.
Untuk mengetahui pengertian kecerdasan
2.
Untuk mengetahui pandangan ahli tentang kecerdasan
(teori-teori kecerdasan)
3.
Untuk mengetahui sapek-aspek kecerdasan
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan
5.
Untuk mengetahui karakteristik anak
cerdas
6.
Untuk mengetahui perilaku anak cerdas
7.
Untuk menentukan anak cerdas
BAB
II
ISI
LAPORAN
A. Konsep
Dasar dan Karakteristik Kecerdasan Anak SD
1. Konsep
Dasar Kecerdasan
a. Pengertian
Kecerdasan
Menurut
Rosikhu (2011), Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan
bahasa, dan belajar.
Menurut William Stern (dalam Juwita,
Juniara,
2013)
kecerdasan atau intelligence merupakan suatu kapasitas atau kecakapan umum pada
individu secara sadara untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang
dihadapinya. Tetapi menurut Carl Whitherrington (dalam Juwita, Juniara, 2013) kecerdasan adalah kesempurnaan bertindak
sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan kemampuan atau kegiatan kegiatan
seperti berikut ini:
1) Facility in the use of numbers yaitu
fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
2) Language efficiency yaitu efesien
penggunaan bahasa
3) Speed of perpection yaitu kecepatan
dalam pengamatan
4) Facility in memorizing yaitu
fasilitas dalam mengingat
5) Facility in comprehending
relationship yaitu fasilitas dalam memahami hubungan
6) Imagination yaitu menghayal.
Seorang
ahli yang bernama S.C. Utami Munandar (dalam Juwita, Juniara, 2013) merumuskan secara umum
intelligence sebagai berikut :
1) Kemampuan untuk berfikir abstrak
2) Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan
dan untuk belajar
3) Kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi situasi baru.
Adapun
menurut Howard Gardner (dalam Riadi, Muchalisin, 2013) mendefinisikan
kecerdasan adalah:
1) Kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah
2) Kemampuan untuk menciptakan masalah
baru untuk dipecahkan
3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu
atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan
masyarakat.
b. Teori
Kecerdasan
Raymon Cattel dkk (dalam Juwita,
Juniara,
2013)
mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu:
1) Fluid intelligence (kecerdasan cair)
2) Crystallized intelligence
(kecerdasan Kristal)
Teori ini
dicetuskan pada 1960-an oleh Raymond Cattell and John Horn. Teori kecerdasan
ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori General Intelegence. Dalam
teori kecerdasan cair dan kecerdasan kristal dinyatakan bahwa ada dua macam
kecerdasan umum.
1) Fluid intelligence (kecerdasan cair)
Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada sifat
biologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai dengan pertambahan usia, mencapai
puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis
tubuh.Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15
tahun.
2) Crystallized intelligence
(kecerdasan Kristal)
Kecerdasan Kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari
proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus
meningkat, tidak ada batasan maksimal, selama manusia masih bisa dan mau
belajar. Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40
tahun bahkan lebih.
Adapun
terori kecerdasan menurut para ahli (Juwita, Juniara,
2013) yaitu:
1) Teori“Two Factors”
Teori
ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpendapat bahwa inteligensi
itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan
kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu
memiliki kedua kemampuan mi yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku
mentalnya.
2) Teori “Primary Mental Abilities”
3) Teori ini dikemukakan oleh Thurstone
(1938). Dia berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dan kemampuan
primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension (b) kemampuan
mengingat: memory (c) kemampuan nalar atau berpikir logis reasoning (d)
kemampuan tilikan ruang spatial factor (e) kemampuan bilangan numerical ability
(I) kemampuan menggunakan kata-kata: word fluency dan (g) kemampuan mengamati
dengan cepat dan cermat perceptual speed.
4) Teori Multiple Intelligence
Teori
ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat
bahwa inteligensi itu dapat dilihat dan tiga kategori dasar atau faces of
intellect.
2. Aspek,
Jenis dan Karakteristik Kecerdasan
a. Aaspek
Kecerdasan
1) Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan
intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom 1956 (dalam Sugianto,
Akhmad, 2012) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian:
a) Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting
adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b) Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini
satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c) Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi
yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan
dan prinsip.
d) Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di
antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
e) Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif.
f) Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir
yang paling tinggi.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh
alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk
melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
2)
Afektif
Domain afektif atau intelektual
adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol, 1964 (dalam
Sugianto, Akhmad, 2012) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori
:
a)
Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan
memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan
merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b)
Pemberian respon atau
partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan.
Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan
tertarik.
c)
Penilaian atau penentuan
sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya
kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi
seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d)
Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai,
sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan
konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup
tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e)
Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization
by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya
hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
3)
Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan
yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc, 1970 (dalam Sugianto,
Akhmad, 2012) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu
:
a)
Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu
gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk
global dan tidak sempurna.
b)
Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c)
Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan
kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi
dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d)
Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu
rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan
atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e)
Engalamiahan
Menurut tingkah laku yang
ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya
dilakukan secara rutin.
Dari penjelasan di atas dapat
dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran
adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di
mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif
dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
b. Jenis
Kecerdasan
1) Kecerdasan
Linguistik (Linguistic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa
kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan
gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari
kata-kata baru atau bahasa lain. Selanjutnya Gardner menjelaskan bahwa ada
empat aspek penting dalam bahasa, yaitu a) aspek retoris bahasa atau kemampuan
untuk meyakinkan orang lain dari suatu tindakan, b) potensi untuk mengingat
informasi dalam bentuk bahasa atau kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam
mengingat daftar atau suatu proses, c) kapasitas bahasa untuk memberi
penjelasan suatu konsep dan makna metapora, dan d) penggunaan bahasa untuk
menjelaskan dan merefleksi bahasa atau menggunakannya dalam analisis
”metalinguistik”, yaitu analisis menggunakan kemampuan memilih dan
menghubung-hubungkan kata atau bahasa dalam berbagai konteks sehingga membentuk
pemahaman bahasa yang baru.
2) Kecerdasan
Logika Matematis (logical mathematical intelligence).
Gardner mengemukakan bahwa
kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar
operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan
melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh. Sedangkan Armstrong mengemukakan
kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan angka dengan
baik dan melakukan penalaran yang benar. Selanjutnya Lazear mengemukakan
kecerdasan logika matematis diperlihatkan sebagai pola berpikir yang bervariasi
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas
untuk menghasilkan sesuatu dan suatu perencanaan untuk masa depan. Kemampuan
tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur,
mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan
masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini
biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan
yang logis.
Anak-anak tersebut biasanya
terus-menerus bertanya, dan ingin tahu tentang peristiwa alam.
3) Kecerdasan
Spasial (Spatial Intelligence)
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan
spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata
ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang secara internal di dalam pikirannya
(mind). Selanjutnya Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan spasial
berkenaan dengan kemampuan untuk menikmati apa yang dilihat di sekitar,
melakukan transformasi dan modifikasi berdasarkan persepsi terhadap sesuatu,
dan merancang atau menghasilkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diperoleh
melalui penglihatan walau tanpa melihat objek yang nyata. Sedang Lazear
mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya imajinasi yang
ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) misalnya menyatakan diri tidak
dapat dilihat atau melakukan perjalanan ke suatu tempat yang sangat jauh dan
besar secara mental.
4) Kecerdasan
Kinestetis Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa
kecerdasan kinestetis jasmani adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan
komponennya untuk memecahkan permasalahan, membuat sesuatu atau menggunakan
beberapa macam produksi, dan kordinasi anggota tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan
penampilan fisik. Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani
berkaitan dengan aktivitas fisik dan dapat dilihat seperti dalam kegiatan
mengenderai sepeda, memarkir mobil, menangkap sesuatu benda yang dilemparkan,
dan mengatur keseimbangan tubuh saat bergerak atau berjalan. Dua pendapat
tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik jasmani terdiri dari beberapa
kemampuan yang berkaitan dengan jasmani dan gerak.
5) Kecerdasan
Musikal (Musical Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa
kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengenali pola,
mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang didengar, serta menghasilkan
musik dengan intonasi suara, irama, dan warna nada. Sedang Lazear berpendapat
bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan aktivitas mendengar bunyi seperti
suara di radio yang memunculkan senandung.
Pendapat lain dari Amstrong yang
menyatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk
musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan.
Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan musikal meliputi kepekaan
terhadap pola-pola bunyi, irama, warna nada dan warna suara. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan ini sering bernyanyi, bersenandung, atau bersiul soorang
diri. Mereka juga peka terhadap suara-suara non-verbal di lingkungan mereka, atau
di sekolah, seperti misalnya kerik jangkerik, dan dering bel di kejauhan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa
kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti mudah a)
memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta memainkan alat musik
di rumah atau di sekolah, b) bereaksi terhadap alunan musik bahkan yang rumit
sekalipun dan memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar, c) mengingat
melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan musik, d) bernyanyi untuk
diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama musik.
6) Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Gardner membahas kecerdasan
intrapersonal bersamaan dengan kecerdasan interpersonal. Keduanya dikenalkan sebagai
kecerdasan diri (the personal intelligences). Dalam uraiannya,
Gardner memisahkan antara kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan
interpersonal. Kecerdasan intrapersonal menurut Gardner merupakan kemampuan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada diri
sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia lakukan, apa
yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal
yang mana yang perlu dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati. Sedang
Lazear menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
introspeksi diri yang membuka peluang untuk merefleksi diri sehingga menyadari
semua aspek dalam diri, seperti pengetahuan tentang perasaan sendiri, proses
berpikir, refleksi diri dan rasa tentang hasrat yang dimiliki yang bertumpu
pada dua hal, yaitu identitas diri dan kemampuan (ability) untuk
mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
7) Kecerdasan
Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood,
temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dan bekerja sama dengan mereka.
Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan (ability)
yang digunakan untuk berkomunikasi secara verbal dan non verbal serta kemampuan
yang digunakan untuk melihat perbedaan mood, temperamen, motivasi dan
hasrat orang lain dengan diri sendiri. Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong
yang menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi
dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Dari
tiga pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sebagai
kemampuan melihat orang lain yang meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara,
gerak-isyarat orang lain dan dapat berinteraksi dengan orang lain.
8) Kecerdasan
Naturalis (Naturalis Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa
kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar, mengenali
binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang berkaitan
dengan dunia alami seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan
mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna serta lingkungan. Sedang
Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk memahami
dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam seperti tanaman, hewan, cuaca dan
aspek-aspek alam di sekitar. Pendapat lain dikemukakan Armstrong yang
menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan
mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan benda-benda alam
lainnya di lingkungan sekitar. Selanjutnya, Stefanakis mengidentifikasi
kecerdasan naturalis dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu 1) memahami alam,
2) membedakan, mengklasifikasi, menggunakan keistimewaan (features) yang
ada di lingkungan, dan 3) saling berinteraksi dengan pohon dan makhluk hidup
lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan
naturalis berkaitan dengan kepekaan terhadap fenomena alam dan lingkungan sekitar.
Fenomena alam tersebut berkaitan dengan binatang, tumbuhan, cuaca, seperti
panas, dingin, hujan dan benda lainnya, seperti batuan dan tanah.
c. Karakteristik
Kecerdasan
Menurut
Devis, Gery A. (2012) Karakteristik umum dari siswa yang sangat cerdas yaitu:
1) Motivasi
tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas
2) Sangat
ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif
3) Aktif:
berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat
4)
Senang belajar
5)
Minatnya luas dan memiliki informasi
yang banyak
6) Kemampuan
bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata
bahasa yang rumit
7)
Mampu menerjakan angka dan puzzle
8) Mandiri,
berorientasi diri, bekerja sendiri
9) Ingatan
yang efisien dan kapasitas yang tinggi
10) Konsentrasi
tinggi, rentan perhatian yang tinggi
d. Perilaku
anak cerdas
Perilaku anak cerdas
berdasarkan karakteristik diatas diantaranya yaitu:
1)
Fokus memperhatikan penjelasan guru
2)
Bersemangat dalam mengerjakan tugas
3)
Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
4)
Tidak begitusaja menerima penjelasan
guru “menanya kenapa dan bagaimana”
5)
Menaggapi pendapat teman
6)
Memberikan teman masukan
7)
Meminta guru untuk memberikannya soal
8)
Slalu mengacung jika guru meminta siswa
untuk menjawab soal
9)
Selalu senang terhadap semua mata pelajaran
10) Cepat
mengerti penjelasan guru, karna ia telah banyak memiliki informasi sebelumnya
11) Membaca
teks puisi di depan kelas
12) Menanya
dengan bahasa yang sangat baik
13) Tidak
kaku ketika berdiskusi dengan teman
14) Mengerjakan
soal matematika dengan sangat cepat
15) Menyusun
puzzle dengan cepat dan tepat
16) Tidak
mencontek pekerjaan teman
17) Tidak
mau soalnya di kerjakan teman
18) Mampu
menceritakan kembali apa yang telah ia baca atau pelajari
19) Ia
bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal cara mengerjakan soal, dan
menghafal berbagai hal yang lain
20) Tidak
cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
21) Tidak
megerjakan yang lain sebelum tugasnya selesai
B. Penyusunan
Instrumen dan Pengamatan
1. Metode
Pengamatan (observasi)
a. Pengertian
observasi
Menurut
Walgito, Bimo (2010 : 61) Observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan
secara sistematis dan disengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama
mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian
berlangsung.
b.
Jenis-jenis
Observasi
Menurut Maria, Kuo (2013) Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang
diobservasi (observe), observasi bisa dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Observasi partisipan, yaitu bila
pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang diobservasi (observee).
2) Observasi non-partisipan, yaitu bila
observer tidak secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas yang
sedang dilakukan oleh observee.
3) Observasi kuasi-partisipan, yaitu
bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh
observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer tidak melibatkan diri.
Dalam penelitian ini kami
menggunakan observasi non partisipan untuk mengamati perilaku siswa, untuk
menentukan apakah anak termasuk cerdas atau tidak cerdas. Siswa yang di
observasi adalah Ulan Rahmawati dan Ratna Wulan Dari.
2. Instrumen
Istrumen
Observasi Perilaku Anak (Cerdas)
Saat
Pembelajaran di Kelas 3 SDN 01 Duman Lingsar
Nama Siswa : Ulan Rahmawati
Hari/tggl Observasi : Sabtu 06 Desember 2014
PETUNJUK:
Lingkari skor 1, 2, 3, 4, atau 5, sesuai dengan keriteria
No
|
Indikator Anak Cerdas
|
Prilaku Anak Cerdas
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Motivasi
tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas
|
a.
Fokus memperhatikan penjelasan guru
|
·
Sangat fokus
·
Fokus
·
Cukup fokus
·
Kurang
fokus
·
Tidak fokus
|
5
4
3
2
1
|
b.
Bersemangat dalam mengerjakan tugas
|
·
Sangat semangat
·
Semangat
·
Cukup fokus
·
Kurang
semangat
·
Tidak semangat
|
5
4
3
2
1
|
||
2.
|
Sangat
ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif
|
a.
Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak begitusaja menerima penjelasan guru “menanya
kenapa dan bagaimana”
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
||
3.
|
Aktif:
berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat
|
a.
Menaggapi pendapat teman
|
·
Sangat aktif
·
Aktif
·
Cukup aktif
·
Kurang aktif
·
Tidak aktif
|
5
4
3
2
1
|
b.
Memberikan teman masukan
|
·
Sangat aktif
·
Aktif
·
Cukup aktif
·
Kurang aktif
·
Tidak aktif
|
5
4
3
2
1
|
||
4.
|
Senang
belajar
|
a.
Meminta guru untuk memberikannya soal
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
b.
Slalu mengacung jika guru meminta siswa untuk
menjawab soal
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
||
5.
|
Minatnya
luas dan memiliki informasi yang banyak
|
a.
Selalu senang terhadap semua mata pelajaran
|
·
Sangat senang
·
Senag
·
Cukup senag
·
Kurang
senag
·
Tidak
senag
|
5
4
3
2
1
|
b.
Cepat mengerti penjelasan guru, karna ia telah
banyak memiliki informasi sebelumnya
|
·
Sangat ceapat
·
Cepat
·
Cukup ceapat
·
Kurang ceapat
·
Sangat lambat
|
5
4
3
2
1
|
||
6.
|
Kemampuan
bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata
bahasa yang rumit
|
a.
Membaca teks puisi di depan kelas
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
b.
Menanya dengan bahasa yang sangat baik
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
||
|
|
c.
Tidak kaku ketika berdiskusi dengan teman
|
·
Tidak kaku
·
Kurang kaku
·
Cukup kaku
·
Kaku
·
Sangat kaku
|
5
4
3
2
1
|
7.
|
Mampu
menerjakan angka dan puzzle
|
a.
Mengerjakan soal matematika dengan sangat cepat
|
·
Sangat ceapat
·
Cepat
·
Cukup ceapat
·
Kurang ceapat
·
Sangat lambat
|
5
4
3
2
1
|
b.
Menyusun puzzle dengan cepat dan tepat
|
· Sangat Ceapat
dan tepat
· Ceapat dan
tepat
· Ceapat tapi
tidak tepat
· Tepat tapi
lambat
· Tidak tepat
dan lambat
|
5
4
3
2
1
|
||
8.
|
Mandiri,
berorientasi diri, bekerja sendiri
|
a.
Tidak mencontek pekerjaan teman
|
·
Tidak pernah
·
Kurang sering
·
Cukup
sering
·
Sering
·
Sangat sering
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak mau soalnya di kerjakan teman
|
·
Tidak mau
·
Kurang mau
·
Cukup mau
·
Mau
·
Sangat mau
|
5
4
3
2
1
|
||
9.
|
Ingatan
yang efisien dan kapasitas yang tinggi
|
a.
Mampu menceritakan kembali apa yang telah ia baca
atau pelajari
|
·
Sangat lancar
·
Lancar
·
Cukup
lancar
·
Kurang
lancar
·
Tidak
lancar
|
5
4
3
2
1
|
b.
Ia bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal
cara mengerjakan soal, dan menghafal berbagai hal yang lain
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
||
10.
|
Konsentrasi
tinggi, rentan perhatian yang tinggi
|
a.
Tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
|
·
Tidak cepat bosan
·
Kurang cepat bosan
·
Cukup cepat bosan
·
Cepat bosan
·
Sangat Cepat bosan
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak megerjakan yang lain sebelum tugasnya
selesai
|
·
Tidak pernah
·
Kurang sering
·
Cukup sering
·
Sering
·
Sangat sering
|
5
4
3
2
1
|
||
Skor Aktual (SA)
|
89
|
|||
Skor Maksimal ideal (SMi)
|
105
|
Skor Aktual (SA)
Nilai
Akhir= x 100
Skor Maksimal ideal (SMi)
Mataram,……,…….2014
Observer:
Saparwadi
Istrumen
Observasi Perilaku Anak (Cerdas)
Saat
Pembelajaran di Kelas 3 SDN 01 Duman Lingsar
Nama Siswa : Ratna Wulan Dari
Hari/tggl Observasi : Sabtu 06 Desember 2014
PETUNJUK:
Lingkari skor 1, 2, 3, 4, atau 5, sesuai dengan keriteria
No
|
Indikator Anak Cerdas
|
Prilaku Anak Cerdas
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Motivasi
tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas
|
a.
Fokus memperhatikan penjelasan guru
|
·
Sangat fokus
·
Fokus
·
Cukup fokus
·
Kurang
fokus
·
Tidak fokus
|
5
4
3
2
1
|
b.
Bersemangat dalam mengerjakan tugas
|
·
Sangat semangat
·
Semangat
·
Cukup fokus
·
Kurang
semangat
·
Tidak semangat
|
5
4
3
2
1
|
||
2.
|
Sangat
ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif
|
a.
Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak begitusaja menerima penjelasan guru “menanya
kenapa dan bagaimana”
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
||
3.
|
Aktif:
berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat
|
a.
Menaggapi pendapat teman
|
·
Sangat aktif
·
Aktif
·
Cukup aktif
·
Kurang aktif
·
Tidak aktif
|
5
4
3
2
1
|
b.
Memberikan teman masukan
|
·
Sangat aktif
·
Aktif
·
Cukup aktif
·
Kurang aktif
·
Tidak aktif
|
5
4
3
2
1
|
||
4.
|
Senang
belajar
|
a.
Meminta guru untuk memberikannya soal
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
b.
Slalu mengacung jika guru meminta siswa untuk
menjawab soal
|
·
Sangat sering
·
Sering
·
Cukup
sering
·
Kurang
sering
·
Tidak pernah
|
5
4
3
2
1
|
||
5.
|
Minatnya
luas dan memiliki informasi yang banyak
|
a.
Selalu senang terhadap semua mata pelajaran
|
·
Sangat senang
·
Senag
·
Cukup senag
·
Kurang
senag
·
Tidak
senag
|
5
4
3
2
1
|
b.
Cepat mengerti penjelasan guru, karna ia telah
banyak memiliki informasi sebelumnya
|
·
Sangat ceapat
·
Cepat
·
Cukup ceapat
·
Kurang ceapat
·
Sangat lambat
|
5
4
3
2
1
|
||
6.
|
Kemampuan
bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata
bahasa yang rumit
|
a.
Membaca teks puisi di depan kelas
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
b.
Menanya dengan bahasa yang sangat baik
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
||
c.
Tidak kaku ketika berdiskusi dengan teman
|
·
Tidak kaku
·
Kurang kaku
·
Cukup kaku
·
Kaku
·
Sangat kaku
|
5
4
3
2
1
|
||
7.
|
Mampu
menerjakan angka dan puzzle
|
a.
Mengerjakan soal matematika dengan sangat cepat
|
·
Sangat ceapat
·
Cepat
·
Cukup ceapat
·
Kurang ceapat
·
Sangat lambat
|
5
4
3
2
1
|
b.
Menyusun puzzle dengan cepat dan tepat
|
· Sangat Ceapat
dan tepat
· Ceapat dan
tepat
· Ceapat tapi tidak
tepat
· Tepat tapi
lambat
· Tidak tepat
dan lambat
|
5
4
3
2
1
|
||
8.
|
Mandiri,
berorientasi diri, bekerja sendiri
|
a.
Tidak mencontek pekerjaan teman
|
·
Tidak pernah
·
Kurang sering
·
Cukup
sering
·
Sering
·
Sangat sering
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak mau soalnya di kerjakan teman
|
·
Tidak mau
·
Kurang mau
·
Cukup mau
·
Mau
·
Sangat mau
|
5
4
3
2
1
|
||
9.
|
Ingatan
yang efisien dan kapasitas yang tinggi
|
a.
Mampu menceritakan kembali apa yang telah ia baca
atau pelajari
|
·
Sangat lancar
·
Lancar
·
Cukup
lancar
·
Kurang
lancar
·
Tidak
lancar
|
5
4
3
2
1
|
b.
Ia bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal
cara mengerjakan soal, dan menghafal berbagai hal yang lain
|
·
Sangat baik
·
Baik
·
Cukup baik
·
Kurang baik
·
Tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
||
10.
|
Konsentrasi
tinggi, rentan perhatian yang tinggi
|
a.
Tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
|
·
Tidak cepat bosan
·
Kurang cepat bosan
·
Cukup cepat bosan
·
Cepat bosan
·
Sangat Cepat bosan
|
5
4
3
2
1
|
b.
Tidak megerjakan yang lain sebelum tugasnya
selesai
|
·
Tidak pernah
·
Kurang sering
·
Cukup sering
·
Sering
·
Sangat sering
|
5
4
3
2
1
|
||
Skor Aktual (SA)
|
85
|
|||
Skor Maksimal ideal (SMi)
|
105
|
Skor Aktual (SA)
Nilai
Akhir= x 100
Skor Maksimal
ideal (SMi)
Mataram,……,…….2014
Observer:
Saparwadi
C. Analisis
dan Kesimpulan Hasil Pengamatan
Sebelum
menganalisis hasil pengamatan, terlebih dahulu menentukan pedoman penilaian
atau kriteria untuk mengetahui anak berada pada tingkat sangat cerdas, cerdas,
cukup cerdas, kurang cerdas atau tidak cerdas. Perhatikan grafik dibawah.
2.28%
|
….34.13%……….34.13%....
|
68.26%
|
2.28%
|
…13.59%.....
|
…13.59%.....
|
SD -1 -2
0 1 2
IQ 70 85 100 115 130
|
Kurva normal
menunjukkan deviasi standar dan nilai IQ
Dari grafik diatas,
kita akan mencari Mean (M) dan Standar Deviasi (SD). Untuk menghitungnya
menggunakan rumus:
1
M=
(skor maksimal + skor minimal)
2
1
M=
(100 + 0)
2
100
M=
2
M=
50
Jadi
diperoleh Mean 50
Adapun
untuk Standar Deviasi yaitu:
1
SD=
(skor maksimal - skor minimal)
6
1
SD=
(100 - 0)
6
100
SD=
6
SD=
16,6 dibulatkan menjadi 17
Setelah
ditemukan Mean dan Standar Deviasi, selanjutnya yaitu menentukan pedoman
penilaian atau kriteria penilaian yaitu dengan cara:
1) Kriteria
sangat cerdas
≥ M + 2SD
≥ 50 + 2 (17)
≥ 50 + 34
≥ 84
Karena skor maksimal 100,
maka kriteria sangat cerdas dimulai dari 84-100
2) Kriteria
cerdas
M + 1SD sd ˂ M + 2SD
50 + 17 sd
˂ 50 + 2 (17)
67 sd
˂ 84
Jadi kriteria cerdas
dimulai dari 67-83
3) Kriteria
cukup cerdas
M - 1SD sd ˂ M
+ 1SD
50 - 17 sd
˂ 50 + 17
33 sd
˂ 67
Jadi kriteria cekup
cerdas dimulai dari 33-66
4) Kriteria
kurang cerdas
M - 2SD sd ˂ M
- 1SD
50 – 2(17) sd ˂ 50 – 17
16 sd ˂
33
Jadi kriteria kurang
cerdas mulai dari 16-32
5) Kriteria
untuk tidak cerdas
˂ M - 2SD
˂ 50 – 2(17)
˂ 16
Kriteria tidak berbakat
yaitu dibawah 16. Karena nilai minimal 0 maka kriteria tidak berbakat mulai
dari 0-15
Dari
keriteria-kriteria diatas diperoleh pedoman penilaian untuk menentukan anak
cerdas atau tidak cerdas yaitu:
84-100
Sangat Cerdas
67-83
Cerdas
33-66
Cukup Cerdas
16-32
Kurang Cerdas
0-15
Tidak Cerdas
Adapun untuk analisis
hasil obserpasi yaitu:
1. Analisis
untuk siswa pertama (Ulan Rahmawati)
Ulan Rahmawati memperoleh skor aktual (SA) 89 dengan
skor maksimal ideal (SMi) 105. Untuk menghitung nilai akhir yang diperoleh
Ulan, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor Aktual (SA)
Nilai
Akhir= x 100
Skor Maksimal
ideal (SMi)
89
Nilai Akhir= x 100
105
Nilai
Akhir= 0,847 x 100
Nilai
Akhir= 84,7 jika dibulatkan menjadi 85
Jadi
nilai akhir yang diperoleh Ulan Rahmawati adalah 85
Untuk
mengetahui apakah Ulan Rahmawati termask anak cerdas atau tidak caranya dengan
melihat pedoman kiteria anak cerdas yang sebelumnya telah dibahas.
Pedoman penilaian anak cerdas
84-100
sangat cerdas
67-83
cerdas
33-66
cukup cerdas
16-32
kurang cerdas
0-15
tidak cerdas
Dari pedoman penilaian diatas, nilai Ulan Rahmawati
berada pada kategori sangat cerdas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil observasi, Ulan Rahmawati adalah anak yangs angat cerdas.
2. Analisis
untuk siswa kedua (Ratna Wulan Dari)
Ratna Wulan Dari memperoleh skor aktual (SA) 85
dengan skor maksimal ideal (SMi) 105. Untuk menghitung nilai akhir yang
diperoleh Ratna, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor
Aktual (SA)
Nilai Akhir= x 100
Skor
Maksimal ideal (SMi)
85
Nilai Akhir= x 100
105
Nilai
Akhir= 0,809 x 100
Nilai
Akhir= 80,9 jika dibulatkan menjadi 81
Jadi
nilai akhir yang diperoleh Ratna Wulan Dari adalah 81
Untuk mengetahui apakah Ratna Wulan Dari termask
anak cerdas atau tidak caranya dengan melihat pedoman kiteria anak cerdas yang
sebelumnya telah dibahas.
Pedoman penilaian anak cerdas
84-100
sangat cerdas
67-83
cerdas
33-66
cukup cerdas
16-32
kurang cerdas
0-15
tidak cerdas
Dari pedoman penilaian diatas, nilai Ratna Wulan
Dari berada pada kategori cerdas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil observasi , Ratna Wulan Dari adalah anak yangs cerdas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Umum
Kecerdasan
adalah sebuah istilah yang banyak dipergunakan oleh ahli psikologi dan orang
awam untuk menyatakan seseorang itu cerdas atau memiliki intelegensi tinggi
apabila orang tersebut dapat dengan cepat dan berhasil menyelesaikan soal atau
tugas-tugas dan problem yang dihadapinya.
Adapun
karakteristik atau ciri-ciri anak cerdas yaitu, motivasi tinggi, bersemangat,
fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas, sangat ingin tahu, mengajukan
pertanyaan yang eksploratif, aktif: berbagi informasi, mengarahkan, meminpin,
menawarkan bantuan, ingin terlibat, senang belajar, minatnya luas dan memiliki
informasi yang banyak, kemampuan bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal,
kosakata yang banyak, tata bahasa yang rumit, mampu menerjakan angka dan
puzzle, mandiri, berorientasi diri, bekerja sendiri, ingatan yang efisien dan
kapasitas yang tinggi, konsentrasi tinggi, rentan perhatian yang tinggi.
Sangat
penting kita mengtahui anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi, karena dengan
begitu kita dapat menentukan bagaimana langkah kita kedepannya untuk anak
tersebut, agar kecerdasannya terus berkembang.
Anak yang memiliki kecerdasan yang
tinggi, memang harus di fasilitasi agar ia tidak menumukan keluhan dan
kesulitan dalam proses pencapaian talentanya sendiri. Dan dukungan dari orang
tua, guru, dan pemerintah factor utama keberhasilan mereka.
B. Tindak
Lanjut
Tindak lanjut
yang akan kami berikan untuk Ulan Rahmawati Dan Ratna Wulan Dari yaitu dengan
memberiakn pengayaan untuk mereka. Pengayaan diberikan agar mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang
dimilikinya, agar tercapai
tingkat perkembangan mereka yang optimal terkait dengan tugas belajarnya,
memanfaatkan kelebihan waktu bagi mereka yang cepat untuk hal-hal yang positif,
agar mereka yang tergolong cepat tidak dirugikan karena harus menunggu temannya
yang lambat belajar, mereka yang cepat tidak mengganggu siswa yang lambat
karena kelebihan waktu. Cara memberikan pengayaan yaitu
dilakukan bersamaan dengan pembelajaran biasa. Disaat siswa yang lambat sedang
mengikuti pelajaran seperti biasa maka mereka yang telah menyelesaikan tugas
belajarnya dapat diberikan kegiatan
pengayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Devis, Gary A. 2012. Anak Berbakat & Pendidikan Keberbakatan.
Jakarta: PT Indeks
Juwita, Juniara. 2013. Makalah Kecerdasan. http://jjdu.blogspot.com/2012/12/makalah-kecerdasan.html diakses 01 Desember 2014
Maria, Kuo. 2013. Makalah 0bservasi. http://rialovelyjim.blogspot.com/2013/06/makalah-observasi.html
diakses 13 Desember 2014
Riadi, Muchalisin. 2013. Pengertian
dan Jenis-Jenis Kecersasan http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html di akses 01
desember 2014
Rosikhu. 2011. Pengertian Kecerdasan. http://rosikhu.blogspot.com/2011/03/pengertian-kecerdasan.html diakses 01 Desember 2014
Sugianto,
Akhmad. 2012. Aspek-aspek Kecerdasan
Manusia. http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2012/11/aspek-aspek-kecerdasan-manusia.html diakses 12
September 2014
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: PT Bumi Aksara
VieluvinfTugas Kuliah: Makalah Belajar dan
Pembelajaran_Kecerdasan Jamak http://vieluvinf.wordpress.com/2013/02/13/tugas-kuliah-makalah-belajar-dan-pembelajaran_kecerdasan-jamak-2/ diakses 02
desember 2014
Walgito,
Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling
(Studi dan Karier). Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar