Selasa, 17 Maret 2015

PENGEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS “Mengidntifikasi Siswa Cerdas Kelas 3 SDN 01 Duman, Lingsar”





TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS
“Mengidntifikasi Siswa Cerdas Kelas 3 SDN 01 Duman, Lingsar”

Oleh:

SAPARWADI
(E1E 212 215)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR REG SORE V/E
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada umumnya yang dimaksud dengan anak cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata atau anak yang memperoleh nilai akademis yang memuaskan. Menurut Tirtonegoro, Sutratinah (2011: 19) Kecerdasan adalah sebuah istilah yang banyak dipergunakan oleh ahli psikologi dan orang awam untuk menyatakan seseorang itu cerdas atau memiliki intelegensi tinggi apabila orang tersebut dapat dengan cepat dan berhasil menyelesaikan soal atau tugas–tugas dan problem yang dihadapinya.
Setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang yang berbeda dibandingkan anak lain. Guru sangat perlu mengetahui tingkat kecerdasan anak, dengan mengetahui tingkat kecerdasan anak maka guru akan bisa mengetahui daya konsentrasi, ketelitian dan ketahanan anak terhadap tekanan yang dialaminya. Mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, diantaranya adalah perkembangan mental anak sehingga guru akan bisa menentukan dan memilih stimulasi yang pas untuk anak.
Namun pada kenyataannya kebanyakan guru tidak mengetahui bahwa siswanya memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga tingkah laku siswa tersebut berbeda dengan temanya, akibatnya guru menyatakan bahwa anak ini “bandel” ataupun “nakal”
Oleh karena itu kami membuat laporan yang berjudul menentukan anak cerdas dengan tujuan agar membantu guru lebih memahami siswanya, sehingga guru bisa melakukan tindakan yang tepat untuk siswa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud kecerdasan ?
2.      Bagaimana pandangan ahli tentang kecerdasan (teori-teori kecerdasan) ?
3.      Apa sajakah aspek-aspek kecerdasan ?
4.      Apa sajakah jenis-jenis kecerdasan ?
5.      Bagaimana karakteristik anak cerdas ?
6.      Bagaimana perilaku anak cerdas ?
7.      Bagaimana menentukan anak cerdas ?
C.     Tujuan Penulisan Laporan
1.      Untuk mengetahui  pengertian kecerdasan
2.      Untuk mengetahui  pandangan ahli tentang kecerdasan (teori-teori kecerdasan)
3.      Untuk mengetahui sapek-aspek kecerdasan
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan
5.      Untuk mengetahui karakteristik anak cerdas
6.      Untuk mengetahui perilaku anak cerdas
7.      Untuk menentukan anak cerdas



















BAB II
ISI LAPORAN
A.    Konsep Dasar dan Karakteristik Kecerdasan Anak SD
1.      Konsep Dasar Kecerdasan
a.       Pengertian Kecerdasan
Menurut Rosikhu (2011), Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Menurut William Stern (dalam Juwita, Juniara, 2013) kecerdasan atau intelligence merupakan suatu kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadara untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya. Tetapi menurut Carl Whitherrington (dalam Juwita, Juniara, 2013)  kecerdasan adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan kemampuan atau kegiatan kegiatan seperti berikut ini:
1)      Facility in the use of numbers yaitu fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
2)      Language efficiency yaitu efesien penggunaan bahasa
3)      Speed of perpection yaitu kecepatan dalam pengamatan
4)      Facility in memorizing yaitu fasilitas dalam mengingat
5)      Facility in comprehending relationship yaitu fasilitas dalam memahami hubungan
6)      Imagination yaitu menghayal.
Seorang ahli yang bernama S.C. Utami Munandar (dalam Juwita, Juniara, 2013) merumuskan secara umum intelligence sebagai berikut :
1)      Kemampuan untuk berfikir abstrak
2)      Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3)      Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi situasi baru.
Adapun menurut Howard Gardner (dalam Riadi, Muchalisin, 2013) mendefinisikan kecerdasan adalah:
1)      Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah
2)      Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan
3)      Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
b.      Teori Kecerdasan
Raymon Cattel dkk (dalam Juwita, Juniara, 2013) mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu:
1)      Fluid intelligence (kecerdasan cair)
2)      Crystallized intelligence (kecerdasan Kristal)
Teori ini dicetuskan pada 1960-an oleh Raymond Cattell and John Horn. Teori kecerdasan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori General Intelegence. Dalam teori kecerdasan cair dan kecerdasan kristal dinyatakan bahwa ada dua macam kecerdasan umum.
1)      Fluid intelligence (kecerdasan cair)
Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada sifat biologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai dengan pertambahan usia, mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun.
2)      Crystallized intelligence (kecerdasan Kristal)
Kecerdasan Kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus meningkat, tidak ada batasan maksimal, selama manusia masih bisa dan mau belajar. Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40 tahun bahkan lebih.
Adapun terori kecerdasan menurut para ahli (Juwita, Juniara, 2013) yaitu:
1)      Teori“Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpendapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan mi yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.
2)      Teori “Primary Mental Abilities”
3)      Teori ini dikemukakan oleh Thurstone (1938). Dia berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dan kemampuan primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension (b) kemampuan mengingat: memory (c) kemampuan nalar atau berpikir logis reasoning (d) kemampuan tilikan ruang spatial factor (e) kemampuan bilangan numerical ability (I) kemampuan menggunakan kata-kata: word fluency dan (g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat perceptual speed.
4)      Teori Multiple Intelligence
Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dan tiga kategori dasar atau faces of intellect.

2.      Aspek, Jenis dan Karakteristik Kecerdasan
a.       Aaspek Kecerdasan
1)      Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom 1956 (dalam Sugianto, Akhmad, 2012) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian:
a)      Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b)      Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c)      Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
d)     Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga  struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
e)      Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif.
f)       Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang paling tinggi.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
2)      Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol, 1964 (dalam Sugianto, Akhmad, 2012) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a)      Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b)      Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c)      Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d)     Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e)      Karakterisasi /  pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
3)      Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc, 1970 (dalam Sugianto, Akhmad, 2012) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a)      Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b)      Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c)      Ketetapan 
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d)     Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e)      Engalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

b.      Jenis Kecerdasan
Delapan jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner (dalam Vieluvinf, 2013) yaitu:
1)      Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain. Selanjutnya Gardner menjelaskan bahwa ada empat aspek penting dalam bahasa, yaitu a) aspek retoris bahasa atau kemampuan untuk meyakinkan orang lain dari suatu tindakan, b) potensi untuk mengingat informasi dalam bentuk bahasa atau kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam mengingat daftar atau suatu proses, c) kapasitas bahasa untuk memberi penjelasan suatu konsep dan makna metapora, dan d) penggunaan bahasa untuk menjelaskan dan merefleksi bahasa atau menggunakannya dalam analisis ”metalinguistik”, yaitu analisis menggunakan kemampuan memilih dan menghubung-hubungkan kata atau bahasa dalam berbagai konteks sehingga membentuk pemahaman bahasa yang baru.
2)      Kecerdasan Logika Matematis (logical mathematical intelligence).
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh. Sedangkan Armstrong mengemukakan kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Selanjutnya Lazear mengemukakan kecerdasan logika matematis diperlihatkan sebagai pola berpikir yang bervariasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas untuk menghasilkan sesuatu dan suatu perencanaan untuk masa depan. Kemampuan tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur, mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan yang logis.
Anak-anak tersebut biasanya terus-menerus bertanya, dan ingin tahu tentang peristiwa alam.
3)      Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang secara internal di dalam pikirannya (mind). Selanjutnya Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan kemampuan untuk menikmati apa yang dilihat di sekitar, melakukan transformasi dan modifikasi berdasarkan persepsi terhadap sesuatu, dan merancang atau menghasilkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui penglihatan walau tanpa melihat objek yang nyata. Sedang Lazear mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya imajinasi yang ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) misalnya menyatakan diri tidak dapat dilihat atau melakukan perjalanan ke suatu tempat yang sangat jauh dan besar secara mental.
4)      Kecerdasan Kinestetis Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan komponennya untuk memecahkan permasalahan, membuat sesuatu atau menggunakan beberapa macam produksi, dan kordinasi anggota tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan penampilan fisik. Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani berkaitan dengan aktivitas fisik dan dapat dilihat seperti dalam kegiatan mengenderai sepeda, memarkir mobil, menangkap sesuatu benda yang dilemparkan, dan mengatur keseimbangan tubuh saat bergerak atau berjalan. Dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik jasmani terdiri dari beberapa kemampuan yang berkaitan dengan jasmani dan gerak.
5)      Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengenali pola, mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang didengar, serta menghasilkan musik dengan intonasi suara, irama, dan warna nada. Sedang Lazear berpendapat bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan aktivitas mendengar bunyi seperti suara di radio yang memunculkan senandung.
Pendapat lain dari Amstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap pola-pola bunyi, irama, warna nada dan warna suara. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini sering bernyanyi, bersenandung, atau bersiul soorang diri. Mereka juga peka terhadap suara-suara non-verbal di lingkungan mereka, atau di sekolah, seperti misalnya kerik jangkerik, dan dering bel di kejauhan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti mudah a) memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, b) bereaksi terhadap alunan musik bahkan yang rumit sekalipun dan memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar, c) mengingat melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan musik, d) bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama musik.
6)      Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Gardner membahas kecerdasan intrapersonal bersamaan dengan kecerdasan interpersonal. Keduanya dikenalkan sebagai kecerdasan diri (the personal intelligences). Dalam uraiannya, Gardner memisahkan antara kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan intrapersonal menurut Gardner merupakan kemampuan memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan introspeksi diri yang membuka peluang untuk merefleksi diri sehingga menyadari semua aspek dalam diri, seperti pengetahuan tentang perasaan sendiri, proses berpikir, refleksi diri dan rasa tentang hasrat yang dimiliki yang bertumpu pada dua hal, yaitu identitas diri dan kemampuan (ability) untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
7)      Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dan bekerja sama dengan mereka. Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan (ability) yang digunakan untuk berkomunikasi secara verbal dan non verbal serta kemampuan yang digunakan untuk melihat perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dengan diri sendiri. Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Dari tiga pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan melihat orang lain yang meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat orang lain dan dapat berinteraksi dengan orang lain.
8)      Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang berkaitan dengan dunia alami seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna serta lingkungan. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam seperti tanaman, hewan, cuaca dan aspek-aspek alam di sekitar. Pendapat lain dikemukakan Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan benda-benda alam lainnya di lingkungan sekitar. Selanjutnya, Stefanakis mengidentifikasi kecerdasan naturalis dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu 1) memahami alam, 2) membedakan, mengklasifikasi, menggunakan keistimewaan (features) yang ada di lingkungan, dan 3) saling berinteraksi dengan pohon dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan naturalis berkaitan dengan kepekaan terhadap fenomena alam dan lingkungan sekitar. Fenomena alam tersebut berkaitan dengan binatang, tumbuhan, cuaca, seperti panas, dingin, hujan dan benda lainnya, seperti batuan dan tanah.
c.       Karakteristik Kecerdasan
Menurut Devis, Gery A. (2012) Karakteristik umum dari siswa yang sangat cerdas yaitu:
1)      Motivasi tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas
2)      Sangat ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif
3)      Aktif: berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat
4)      Senang belajar
5)      Minatnya luas dan memiliki informasi yang banyak
6)      Kemampuan bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata bahasa yang rumit
7)      Mampu menerjakan angka dan puzzle
8)      Mandiri, berorientasi diri, bekerja sendiri
9)      Ingatan yang efisien dan kapasitas yang tinggi
10)  Konsentrasi tinggi, rentan perhatian yang tinggi
d.      Perilaku anak cerdas
Perilaku anak cerdas berdasarkan karakteristik diatas diantaranya yaitu:
1)      Fokus memperhatikan penjelasan guru
2)      Bersemangat dalam mengerjakan tugas
3)      Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
4)      Tidak begitusaja menerima penjelasan guru “menanya kenapa dan bagaimana”
5)      Menaggapi pendapat teman
6)      Memberikan teman masukan
7)      Meminta guru untuk memberikannya soal
8)      Slalu mengacung jika guru meminta siswa untuk menjawab soal
9)      Selalu senang terhadap semua mata pelajaran
10)  Cepat mengerti penjelasan guru, karna ia telah banyak memiliki informasi sebelumnya
11)  Membaca teks puisi di depan kelas
12)  Menanya dengan bahasa yang sangat baik
13)  Tidak kaku ketika berdiskusi dengan teman
14)  Mengerjakan soal matematika dengan sangat cepat
15)  Menyusun puzzle dengan cepat dan tepat
16)  Tidak mencontek pekerjaan teman
17)  Tidak mau soalnya di kerjakan teman
18)  Mampu menceritakan kembali apa yang telah ia baca atau pelajari
19)  Ia bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal cara mengerjakan soal, dan menghafal berbagai hal yang lain
20)  Tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
21)  Tidak megerjakan yang lain sebelum tugasnya selesai

B.     Penyusunan Instrumen dan Pengamatan
1.      Metode Pengamatan (observasi)
a.       Pengertian observasi
Menurut Walgito, Bimo (2010 : 61) Observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan disengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian berlangsung.
b.      Jenis-jenis Observasi
Menurut Maria, Kuo (2013) Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observe), observasi bisa dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1)      Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee).
2)      Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh observee.
3)      Observasi kuasi-partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer tidak melibatkan diri.
Dalam penelitian ini kami menggunakan observasi non partisipan untuk mengamati perilaku siswa, untuk menentukan apakah anak termasuk cerdas atau tidak cerdas. Siswa yang di observasi adalah Ulan Rahmawati dan Ratna Wulan Dari.


2.      Instrumen
Istrumen Observasi Perilaku Anak (Cerdas)
Saat Pembelajaran di Kelas 3 SDN 01 Duman Lingsar
Nama Siswa                : Ulan Rahmawati
Hari/tggl Observasi     : Sabtu 06 Desember 2014

PETUNJUK: Lingkari skor 1, 2, 3, 4, atau 5, sesuai dengan keriteria
No
Indikator Anak Cerdas
Prilaku Anak Cerdas
Kriteria
Skor
1.
Motivasi tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas

a.    Fokus memperhatikan penjelasan guru
·         Sangat fokus
·         Fokus
·         Cukup fokus
·         Kurang  fokus
·         Tidak fokus
5
4
3
2
1
b.       Bersemangat dalam mengerjakan tugas
·         Sangat semangat
·         Semangat
·         Cukup fokus
·         Kurang  semangat
·         Tidak semangat
5
4
3
2
1
2.
Sangat ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif

a.   Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
b.    Tidak begitusaja menerima penjelasan guru “menanya kenapa dan bagaimana”
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
3.
Aktif: berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat

a.    Menaggapi pendapat teman
·         Sangat aktif
·         Aktif
·         Cukup  aktif
·         Kurang aktif
·         Tidak  aktif
5
4
3
2
1
b.    Memberikan teman masukan
·         Sangat aktif
·         Aktif
·         Cukup  aktif
·         Kurang aktif
·         Tidak  aktif
5
4
3
2
1
4.
Senang belajar
a.    Meminta guru untuk memberikannya soal
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
b.    Slalu mengacung jika guru meminta siswa untuk menjawab soal
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
5.
Minatnya luas dan memiliki informasi yang banyak
a.    Selalu senang terhadap semua mata pelajaran



·         Sangat senang
·         Senag
·         Cukup senag
·         Kurang  senag
·         Tidak  senag 
5
4
3
2
1
b.    Cepat mengerti penjelasan guru, karna ia telah banyak memiliki informasi sebelumnya
·         Sangat ceapat
·         Cepat
·         Cukup ceapat
·         Kurang ceapat
·         Sangat lambat
5
4
3
2
1
6.
Kemampuan bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata bahasa yang rumit

a.    Membaca teks puisi di depan kelas

·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1
b.    Menanya dengan bahasa yang sangat baik
·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1


c.    Tidak kaku ketika berdiskusi dengan teman
·         Tidak kaku
·         Kurang kaku
·         Cukup  kaku
·         Kaku
·         Sangat kaku
5
4
3
2
1
7.
Mampu menerjakan angka dan puzzle
a.    Mengerjakan soal matematika dengan sangat cepat



·         Sangat ceapat
·         Cepat
·         Cukup ceapat
·         Kurang ceapat
·         Sangat lambat
5
4
3
2
1
b.    Menyusun puzzle dengan cepat dan tepat
·   Sangat Ceapat dan tepat
·   Ceapat dan tepat
·   Ceapat tapi tidak tepat
·   Tepat tapi lambat
·   Tidak tepat dan lambat
5
4
3
2
1
8.
Mandiri, berorientasi diri, bekerja sendiri

a.    Tidak mencontek pekerjaan teman




·         Tidak pernah
·         Kurang sering
·         Cukup  sering
·         Sering
·         Sangat sering
5
4
3
2
1
b.    Tidak mau soalnya di kerjakan teman
·         Tidak mau
·         Kurang mau
·         Cukup  mau
·         Mau
·         Sangat mau
5
4
3
2
1
9.
Ingatan yang efisien dan kapasitas yang tinggi

a.    Mampu menceritakan kembali apa yang telah ia baca atau pelajari

·         Sangat lancar
·         Lancar
·         Cukup  lancar
·         Kurang  lancar
·         Tidak  lancar
5
4
3
2
1
b.    Ia bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal cara mengerjakan soal, dan menghafal berbagai hal yang lain
·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1
10.
Konsentrasi tinggi, rentan perhatian yang tinggi

a.    Tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
·         Tidak cepat bosan
·         Kurang cepat bosan
·         Cukup cepat bosan
·         Cepat bosan
·         Sangat Cepat bosan
5
4
3
2
1
b.    Tidak megerjakan yang lain sebelum tugasnya selesai
·         Tidak pernah
·         Kurang sering
·         Cukup sering
·         Sering
·         Sangat sering
5
4
3
2
1
Skor Aktual (SA)
89
Skor Maksimal ideal (SMi)
105



Skor Aktual (SA)
Nilai Akhir=                                                     x 100
Skor Maksimal ideal (SMi)








Mataram,……,…….2014

Observer:

Saparwadi






Istrumen Observasi Perilaku Anak (Cerdas)
Saat Pembelajaran di Kelas 3 SDN 01 Duman Lingsar
Nama Siswa                : Ratna Wulan Dari
Hari/tggl Observasi     : Sabtu 06 Desember 2014

PETUNJUK: Lingkari skor 1, 2, 3, 4, atau 5, sesuai dengan keriteria
No
Indikator Anak Cerdas
Prilaku Anak Cerdas
Kriteria
Skor
1.
Motivasi tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas

a.       Fokus memperhatikan penjelasan guru
·         Sangat fokus
·         Fokus
·         Cukup fokus
·         Kurang  fokus
·         Tidak fokus
5
4
3
2
1
b.       Bersemangat dalam mengerjakan tugas
·         Sangat semangat
·         Semangat
·         Cukup fokus
·         Kurang  semangat
·         Tidak semangat
5
4
3
2
1
2.
Sangat ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif

a.    Menanya hal-hal yang tidak ia ketahui
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
b. Tidak begitusaja menerima penjelasan guru “menanya kenapa dan bagaimana”
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
3.
Aktif: berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat

a.    Menaggapi pendapat teman
·         Sangat aktif
·         Aktif
·         Cukup  aktif
·         Kurang aktif
·         Tidak  aktif
5
4
3
2
1
b.    Memberikan teman masukan
·         Sangat aktif
·         Aktif
·         Cukup  aktif
·         Kurang aktif
·         Tidak  aktif
5
4
3
2
1
4.
Senang belajar
a.    Meminta guru untuk memberikannya soal
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
b.    Slalu mengacung jika guru meminta siswa untuk menjawab soal
·         Sangat sering
·         Sering
·         Cukup  sering
·         Kurang  sering
·         Tidak pernah
5
4
3
2
1
5.
Minatnya luas dan memiliki informasi yang banyak
a.    Selalu senang terhadap semua mata pelajaran



·         Sangat senang
·         Senag
·         Cukup senag
·         Kurang  senag
·         Tidak  senag 
5
4
3
2
1
b.    Cepat mengerti penjelasan guru, karna ia telah banyak memiliki informasi sebelumnya
·         Sangat ceapat
·         Cepat
·         Cukup ceapat
·         Kurang ceapat
·         Sangat lambat
5
4
3
2
1
6.
Kemampuan bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata bahasa yang rumit

a.    Membaca teks puisi di depan kelas

·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1
b.    Menanya dengan bahasa yang sangat baik
·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1
c.    Tidak kaku ketika berdiskusi dengan teman
·         Tidak kaku
·         Kurang kaku
·         Cukup  kaku
·         Kaku
·         Sangat kaku
5
4
3
2
1
7.
Mampu menerjakan angka dan puzzle
a.    Mengerjakan soal matematika dengan sangat cepat



·         Sangat ceapat
·         Cepat
·         Cukup ceapat
·         Kurang ceapat
·         Sangat lambat
5
4
3
2
1
b.    Menyusun puzzle dengan cepat dan tepat
·   Sangat Ceapat dan tepat
·   Ceapat dan tepat
·   Ceapat tapi tidak tepat
·   Tepat tapi lambat
·   Tidak tepat dan lambat
5
4
3
2
1
8.
Mandiri, berorientasi diri, bekerja sendiri

a.    Tidak mencontek pekerjaan teman




·         Tidak pernah
·         Kurang sering
·         Cukup  sering
·         Sering
·         Sangat sering
5
4
3
2
1
b.    Tidak mau soalnya di kerjakan teman
·         Tidak mau
·         Kurang mau
·         Cukup  mau
·         Mau
·         Sangat mau
5
4
3
2
1
9.
Ingatan yang efisien dan kapasitas yang tinggi

a.    Mampu menceritakan kembali apa yang telah ia baca atau pelajari

·         Sangat lancar
·         Lancar
·         Cukup  lancar
·         Kurang  lancar
·         Tidak  lancar
5
4
3
2
1
b.    Ia bisa menghafal tempat dengan mudah, menghafal cara mengerjakan soal, dan menghafal berbagai hal yang lain
·         Sangat baik
·         Baik
·         Cukup  baik
·         Kurang  baik
·         Tidak  baik
5
4
3
2
1
10.
Konsentrasi tinggi, rentan perhatian yang tinggi

a.    Tidak cepat bosan mengikuti pembelajaran dikelas
·         Tidak cepat bosan
·         Kurang cepat bosan
·         Cukup cepat bosan
·         Cepat bosan
·         Sangat Cepat bosan
5
4
3
2
1
b.    Tidak megerjakan yang lain sebelum tugasnya selesai
·         Tidak pernah
·         Kurang sering
·         Cukup sering
·         Sering
·         Sangat sering
5
4
3
2
1
Skor Aktual (SA)
85
Skor Maksimal ideal (SMi)
105



Skor Aktual (SA)
Nilai Akhir=                                             x 100
Skor Maksimal ideal (SMi)












Mataram,……,…….2014

Observer:


Saparwadi






C.     Analisis dan Kesimpulan Hasil Pengamatan
Sebelum menganalisis hasil pengamatan, terlebih dahulu menentukan pedoman penilaian atau kriteria untuk mengetahui anak berada pada tingkat sangat cerdas, cerdas, cukup cerdas, kurang cerdas atau tidak cerdas. Perhatikan grafik dibawah.
2.28%           
….34.13%……….34.13%....

68.26%
2.28%           
…13.59%.....
…13.59%.....
SD           -1                        -2                          0                            1                            2
IQ           70                       85                       100                       115                    130
Kurva normal menunjukkan deviasi standar dan nilai IQ

Dari grafik diatas, kita akan mencari Mean (M) dan Standar Deviasi (SD). Untuk menghitungnya menggunakan rumus:
                        1
    M=         (skor maksimal + skor minimal)
            2
1
    M=         (100 + 0)
            2

          100
    M=    
            2

M= 50
Jadi diperoleh Mean 50
Adapun untuk Standar Deviasi yaitu:
          1
    SD=         (skor maksimal - skor minimal)
              6

          1
    SD=         (100 - 0)
              6

        100
    SD=        
              6

SD= 16,6 dibulatkan menjadi 17

Setelah ditemukan Mean dan Standar Deviasi, selanjutnya yaitu menentukan pedoman penilaian atau kriteria penilaian yaitu dengan cara:
1)      Kriteria sangat cerdas
≥ M + 2SD
≥ 50 + 2 (17)
≥ 50 + 34
≥ 84
Karena skor maksimal 100, maka kriteria sangat cerdas dimulai dari 84-100
2)      Kriteria cerdas
M + 1SD sd   ˂ M + 2SD
50 + 17    sd   ˂ 50 + 2 (17)
67                  sd   ˂ 84
Jadi kriteria cerdas dimulai dari 67-83
3)      Kriteria cukup cerdas
M  - 1SD  sd   ˂ M + 1SD
50 - 17     sd   ˂ 50 + 17
33                  sd   ˂ 67
Jadi kriteria cekup cerdas dimulai dari 33-66
4)      Kriteria kurang cerdas
M  - 2SD   sd   ˂ M - 1SD
50 – 2(17) sd   ˂ 50 – 17
16                   sd   ˂ 33
Jadi kriteria kurang cerdas mulai dari 16-32
5)      Kriteria untuk tidak cerdas
˂ M - 2SD
˂ 50 – 2(17)
˂ 16
Kriteria tidak berbakat yaitu dibawah 16. Karena nilai minimal 0 maka kriteria tidak berbakat mulai dari 0-15
Dari keriteria-kriteria diatas diperoleh pedoman penilaian untuk menentukan anak cerdas atau tidak cerdas yaitu:
84-100 Sangat Cerdas
67-83 Cerdas
33-66 Cukup Cerdas
16-32 Kurang Cerdas
0-15 Tidak Cerdas
Adapun untuk analisis hasil obserpasi yaitu:
1.      Analisis untuk siswa pertama (Ulan Rahmawati)
Ulan Rahmawati memperoleh skor aktual (SA) 89 dengan skor maksimal ideal (SMi) 105. Untuk menghitung nilai akhir yang diperoleh Ulan, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor Aktual (SA)
Nilai Akhir=                                             x 100
Skor Maksimal ideal (SMi)

89
Nilai Akhir=           x 100
105
Nilai Akhir= 0,847 x 100
Nilai Akhir= 84,7 jika dibulatkan menjadi 85
Jadi nilai akhir yang diperoleh Ulan Rahmawati adalah 85
Untuk mengetahui apakah Ulan Rahmawati termask anak cerdas atau tidak caranya dengan melihat pedoman kiteria anak cerdas yang sebelumnya telah dibahas.
Pedoman penilaian anak cerdas
84-100 sangat cerdas
67-83 cerdas
33-66 cukup cerdas
16-32 kurang cerdas
0-15 tidak cerdas
Dari pedoman penilaian diatas, nilai Ulan Rahmawati berada pada kategori sangat cerdas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi, Ulan Rahmawati adalah anak yangs angat cerdas.
2.      Analisis untuk siswa kedua (Ratna Wulan Dari)
Ratna Wulan Dari memperoleh skor aktual (SA) 85 dengan skor maksimal ideal (SMi) 105. Untuk menghitung nilai akhir yang diperoleh Ratna, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor Aktual (SA)
Nilai Akhir=                                             x 100
Skor Maksimal ideal (SMi)

85
Nilai Akhir=           x 100
105

Nilai Akhir= 0,809 x 100
Nilai Akhir= 80,9 jika dibulatkan menjadi 81
Jadi nilai akhir yang diperoleh Ratna Wulan Dari adalah 81
Untuk mengetahui apakah Ratna Wulan Dari termask anak cerdas atau tidak caranya dengan melihat pedoman kiteria anak cerdas yang sebelumnya telah dibahas.
Pedoman penilaian anak cerdas
84-100 sangat cerdas
67-83 cerdas
33-66 cukup cerdas
16-32 kurang cerdas
0-15 tidak cerdas
Dari pedoman penilaian diatas, nilai Ratna Wulan Dari berada pada kategori cerdas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi , Ratna Wulan Dari adalah anak yangs cerdas.






























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan Umum
Kecerdasan adalah sebuah istilah yang banyak dipergunakan oleh ahli psikologi dan orang awam untuk menyatakan seseorang itu cerdas atau memiliki intelegensi tinggi apabila orang tersebut dapat dengan cepat dan berhasil menyelesaikan soal atau tugas-tugas dan problem yang dihadapinya.
Adapun karakteristik atau ciri-ciri anak cerdas yaitu, motivasi tinggi, bersemangat, fokus, tekun, ulet, berorientasi tugas, sangat ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang eksploratif, aktif: berbagi informasi, mengarahkan, meminpin, menawarkan bantuan, ingin terlibat, senang belajar, minatnya luas dan memiliki informasi yang banyak, kemampuan bahasa yang seprior: kelancaran secara verbal, kosakata yang banyak, tata bahasa yang rumit, mampu menerjakan angka dan puzzle, mandiri, berorientasi diri, bekerja sendiri, ingatan yang efisien dan kapasitas yang tinggi, konsentrasi tinggi, rentan perhatian yang tinggi.
Sangat penting kita mengtahui anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi, karena dengan begitu kita dapat menentukan bagaimana langkah kita kedepannya untuk anak tersebut, agar kecerdasannya terus berkembang.
Anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi, memang harus di fasilitasi agar ia tidak menumukan keluhan dan kesulitan dalam proses pencapaian talentanya sendiri. Dan dukungan dari orang tua, guru, dan pemerintah factor utama keberhasilan mereka.
B.     Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang akan kami berikan untuk Ulan Rahmawati Dan Ratna Wulan Dari yaitu dengan memberiakn pengayaan untuk mereka. Pengayaan diberikan agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya, agar tercapai tingkat perkembangan mereka yang optimal terkait dengan tugas belajarnya, memanfaatkan kelebihan waktu bagi mereka yang cepat untuk hal-hal yang positif, agar mereka yang tergolong cepat tidak dirugikan karena harus menunggu temannya yang lambat belajar, mereka yang cepat tidak mengganggu siswa yang lambat karena kelebihan waktu. Cara memberikan pengayaan yaitu dilakukan bersamaan dengan pembelajaran biasa. Disaat siswa yang lambat sedang mengikuti pelajaran seperti biasa maka mereka yang telah menyelesaikan tugas belajarnya dapat diberikan kegiatan pengayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Devis, Gary A. 2012. Anak Berbakat & Pendidikan Keberbakatan. Jakarta: PT Indeks

Juwita, Juniara. 2013. Makalah Kecerdasan.  http://jjdu.blogspot.com/2012/12/makalah-kecerdasan.html  diakses 01 Desember 2014

Maria, Kuo. 2013. Makalah 0bservasi.  http://rialovelyjim.blogspot.com/2013/06/makalah-observasi.html   diakses 13 Desember 2014

Riadi, Muchalisin. 2013. Pengertian dan Jenis-Jenis Kecersasan  http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html di akses 01 desember 2014

Rosikhu. 2011. Pengertian Kecerdasan. http://rosikhu.blogspot.com/2011/03/pengertian-kecerdasan.html  diakses 01 Desember 2014

Sugianto, Akhmad. 2012. Aspek-aspek Kecerdasan Manusia.  http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2012/11/aspek-aspek-kecerdasan-manusia.html diakses 12 September 2014

Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Vieluvinf. 2013. Tugas Kuliah: Makalah Belajar dan Pembelajaran_Kecerdasan Jamak http://vieluvinf.wordpress.com/2013/02/13/tugas-kuliah-makalah-belajar-dan-pembelajaran_kecerdasan-jamak-2/ diakses 02 desember 2014

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta : Penerbit Andi.